Januari 05, 2013

Tugas Teori Akuntansi



IFRS dan ETAP : Pengantar

Perkembangan modernisasi di lingkungan akuntansi memicu berbagai perubahan seperti perubahan pada standar laporan keuangan. Perubahan pada standar laporan keuangan ini disesuaikan dengan kebutuhan pengguna informasi laporan keuangan yang berkembang setiap periodenya sehingga informasi yang dihasilkan tetap relevan, handal dan dapat diperbandingkan. Selain itu perkembangan standar laporan keuangan telah mengacu pada standar laporan keuangan internasional yang selanjutnya disebut International Financial Reporting Standard (IFRS).
IFRS adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Penyusunan laporan keuangan yang mengadopsi IFRS ini merupakan suatu tatacara bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar yang bisa diterima secara global. Dalam pengadopsian terhadap IFRS berarti suatu entitas akan mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global.
Standar laporan keuangan yang berlaku di Indonesia adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Dalam perkembangannya, SAK nantinya akan dikonvergensikan ke IFRS. Dengan pengkonvergensian terhadap IFRS diharapkan akan memberikan perspektif pemahaman yang sama bagi investor asing dalam membaca Laporan Keuangan yang tidak terbatas pada perusahaan dalam negeri tetapi juga perusahaan di luar negeri. Manfaat dan tujuan dari IFRS adalah untuk menyajikan informasi dalam laporan keuangan yang berkualitas tinggi, transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan. Manfaat yang lain adalah dapat meningkatkan arus investasi global, menurunkan biaya modal, serta meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
Di Indonesia, terdapat pula standar akuntansi keuangan yang berlaku untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik atau selanjutnya disebut Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Maksud dari Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Selain digunakan oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik, SAK-ETAP juga bisa digunakan oleh entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan jika otoritas yang berwenang mengizinkan. Selain yang telah dijelaskan diatas mengenai manfaat dari IFRS, SAK-ETAP juga memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah lebih sederhana dibandingkan dengan IFRS namun tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan. Manfaat lainnya yaitu memudahkan perusahaan kecil dan menengah untuk menyusun laporan keuangannya sendiri.
IFRS dan SAK-ETAP mempunyai beberapa perbedaan dalam laporan keuangannya. IFRS menggunakan fair value untuk menilai aset perusahaan di masa yang akan datang. Tujuan pengguna informasi sangat banyak sehingga pertanggungjawaban lebih ke relevansi dan stewardship. Berbeda dengan IFRS, SAK-ETAP lebih menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Penyajian laporan keuangan dalam SAK-ETAP dikatakan wajar apabila mematuhi persyaratan SAK-ETAP. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, pendapatan dan beban. Perusahaan/entitas yang mematuhi persyaratan SAK-ETAP harus membuat pernyataan eksplisit dan secara penuh atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Dalam penyajian laporan keuangan SAK-ETAP akan memberikan informasi mengenai kemampuan entitas dalam kelangsungan usaha, dan informasi yang diungkapkan komparatif dengan periode sebelumnya. Selain itu, disajikan dengan lengkap dan konsisten minimal satu tahun sekali. Pos-pos yang material disajikan terpisah dengan pos-pos yang tidak material. Pos-pos yang tidak material diagregasi ke dalam pos yang sejenis untuk penyajiannya. Sehingga semua informasi dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh pengguna informasi dalam pengambilan keputusan.

Referensi :

Januari 03, 2013

Tugas Teori Akuntansi



AKUNTANSI INFLASI

Akuntansi Inflasi terjadi karena adanya perubahan harga. Dalam perubahan harga, terdapat perbedaan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan dan unit moneter memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi, sedangkan penurunan harga disebut deflasi. Perubahan harga secara spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan selera dan teknologi. Jadi inflasi merupakan suatu perubahan harga secara umum yang dapat disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal yang agresif yang dirancang untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pengeluaran berlebihan akibat pemilihan umum nasional dan pengaruh inflasi internasional.
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai lebih tinggi sehingga ketidakakuratan pengukuran dapat mendistorsi proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja, dan data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan kenaikan dalam proporsi pajak, permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham, permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja.
Akuntansi untuk pengaruh laporan keuangan atas perubahan tingkat harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum dan jumlah mata uang yang belum disesuaikan disebut sebagai jumlah nominal. Oleh karena itu jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan secara tepat dengan transaksi kini. Akuntansi atas perubahan tingkat harga khusus disebut sebagai model biaya kini. Dalam model biaya kini, aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya historis serta laba merupakan jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode, namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.
 Akuntansi untuk pengaruh laporan keuangan selanjutnya menggunakan model daya beli biaya kini konstan yaitu gabungan antara karakteristik modal daya beli biaya historis konstan dan model biaya kini. Model ini mengakui kenaikan dalam nilai kini aktiva sebagai keuntungan kekayaan dan dengan demikian memungkinkan dilakukannya perbandingan antara laba kini dan laba pada periode sebelumnya. Keuntungan atau kerugian moneter yang umumnya diabaikan dalam model biaya kini merupakan bagian dari pengukuran.
Ketika terjadi inflasi, elemen/pos moneter dan nonmoneter harus disesuaikan terhadap perubahan harga. Implikasi perubahan harga terhadap pos moneter lebih berkaitan dengan perubahan daya beli yang menimbulkan untung atau rugi daya beli yang timbul ketika perusahaan menahan pos moneter dalam keadaan daya beli berubah. Sedangkan implikasi perubahan harga terhadap pos nonmoneter adalah terjadinya perbedaan nilai tukar antara saat pos tersebut diperoleh dengan nilai tukar saat diserahkan atau dilaporkan pada akhir periode. Jadi selama penahanan aset terjadi perubahan nilai yang menimbulkan untung atau rugi penahanan.

Referensi :
1.    Choi, Rfederick D. S dan Gary K. Meek, International Accounting Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat, 2005.
2.    Suwardjono, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 2006.