AKUNTANSI
INFLASI
Akuntansi Inflasi terjadi
karena adanya perubahan harga. Dalam perubahan harga, terdapat perbedaan antara
pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik. Suatu perubahan harga umum
terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu
perekonomian mengalami perubahan dan unit moneter memperoleh keuntungan atau
mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut
inflasi, sedangkan penurunan harga disebut deflasi. Perubahan harga secara
spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang
disebabkan oleh perubahan selera dan teknologi. Jadi inflasi merupakan suatu
perubahan harga secara umum yang dapat disebabkan oleh kebijakan moneter dan
fiskal yang agresif yang dirancang untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, pengeluaran berlebihan akibat pemilihan umum nasional dan pengaruh
inflasi internasional.
Selama periode inflasi, nilai
aktiva yang dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah
dan laba yang dinilai lebih tinggi sehingga ketidakakuratan pengukuran dapat
mendistorsi proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, anggaran
yang menjadi dasar pengukuran kinerja, dan data kinerja yang tidak dapat mengisolasi
pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada
gilirannya akan menyebabkan kenaikan dalam proporsi pajak, permintaan deviden
lebih banyak dari pemegang saham, permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi
dari para pekerja.
Akuntansi untuk pengaruh
laporan keuangan atas perubahan tingkat harga umum disebut sebagai model daya
beli konstan biaya historis. Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap
perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut sebagai mata uang konstan
biaya historis atau ekuivalen daya beli umum dan jumlah mata uang yang belum disesuaikan
disebut sebagai jumlah nominal. Oleh karena itu jumlah nominal harus
disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat
ditandingkan secara tepat dengan transaksi kini. Akuntansi atas perubahan
tingkat harga khusus disebut sebagai model biaya kini. Dalam model biaya kini,
aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya historis serta laba
merupakan jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam
suatu periode, namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal
fisik perusahaan.
Akuntansi untuk pengaruh laporan keuangan selanjutnya
menggunakan model daya beli biaya kini konstan yaitu gabungan antara karakteristik
modal daya beli biaya historis konstan dan model biaya kini. Model ini mengakui
kenaikan dalam nilai kini aktiva sebagai keuntungan kekayaan dan dengan demikian
memungkinkan dilakukannya perbandingan antara laba kini dan laba pada periode
sebelumnya. Keuntungan atau kerugian moneter yang umumnya diabaikan dalam model
biaya kini merupakan bagian dari pengukuran.
Ketika terjadi inflasi, elemen/pos
moneter dan nonmoneter harus disesuaikan terhadap perubahan harga. Implikasi perubahan
harga terhadap pos moneter lebih berkaitan dengan perubahan daya beli yang
menimbulkan untung atau rugi daya beli yang timbul ketika perusahaan menahan
pos moneter dalam keadaan daya beli berubah. Sedangkan implikasi perubahan
harga terhadap pos nonmoneter adalah terjadinya perbedaan nilai tukar antara
saat pos tersebut diperoleh dengan nilai tukar saat diserahkan atau dilaporkan pada
akhir periode. Jadi selama penahanan aset terjadi perubahan nilai yang menimbulkan
untung atau rugi penahanan.
Referensi :
1.
Choi, Rfederick D. S dan Gary K. Meek,
International Accounting Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat, 2005.
2.
Suwardjono, Teori Akuntansi Perekayasaan
Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar